Dari judulnya kali ini, ceritanya saya mau berbicara tentang hal-hal yang serius... biar kelihatan seperti para pakar-pakar yang sering nongol di layar televisi itu loh.... ccciiiieeehhhhh hahahaha :D
Sebagai pakar ahli masalah sosial... hahahaha ngarep.com, fenomena yang berkembang saat ini di masyarakat urban dengan tingkat ekonomi menengah keatas adalah sebuah tren gaya hidup sehat or bahasa inggrisnya healthy life syle. Yang dimaksud dengan gaya hidup sehat ini, bukan hanya dengan sekedar rutin olahraga, tapi juga diimbangi dengan pola makan yang sehat pula. Pengikut tren gaya hidup sehat ini biasanya para executive muda, pekerja kantoran, blogger, anak-anak muda (mahasiswa dan para fresh graduate) dan komunitas penggerak gaya hidup sehat lainnya. Mereka berlomba-lomba pamer gaya hidup sehat mereka di media social seperti Facebook, Path, Twitter dan Instagram. Pose-pose Yoga, Pilates, lari maraton berkilo-kilo, dan workout lainnya, serta berbagai macam makanan sehat dan jus sayur+buah, infuse water, jeniper, lemon shoot dan berbagai jenis lainnya dengan mudahnya bisa kita lihat asalkan akses internetnya memadai.
Tak terkecuali saya.... saya juga tertarik dan mulai mengikuti gaya hidup sehat ini. Mulai rutin latihan yoga sekitar 2 tahun ini, dan juga mulai mencoba meracik makanan sehat. Yaaahhh semua masih dalam taraf belajar. Belajar tentang sebuah kebaikan dan berharap hasil yang baik pula kan ya....
Lah terus apa hubungannya dengan tren gaya hidup sehat dengan swasembada pangan ?
Mmmmm.... begini... (pasang wajah serius dulu seperti para pakar-pakar di televisi... hahahaha)
Sehubungan dengan program pemerintah yang baru dari Jokowi-JK, bahwa diharapkan Indonesia kembali mencanangkan swasembada pangan seperti dulu... waktu era-nya Orde Baru jamannya Suharto. Saya melihat ada benang merahnya nih....
Tren gaya hidup sehat menuntut untuk mengkonsumsi produk-produk organik. Lihat saja di berbagai supermarket dan acara bazaar-bazaar, selalu ada gerai atau pojokan-pojokan yang khusus menyediakan produk-produk organik. Hingga menjamurnya toko online produk organik. Apapun lah itu.... sayuran, buah, susu, daging, beras.... pokoknya segala sesuatu yang bisa dikonsumsi manusia. Nah.... tau sendiri kan harga produk organik itu sangat mahal. Binggitsss kalo kata anak-anak alay.
Hal ini pun mulai mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk membuat home gardening sendiri. Daripada beli produk organik mahal, lebih baik nanam sendiri dengan metode TABULAMPOT (tanam buah dalam pot). Saya juga sudah memulainya nih... sekali lagi... pun masih dalam tahap belajar. Mulai dari yang mudah.... tanam cabe, bawang, dan tomat, kalo sudah berhasil niatnya sih mau tanam buah-buahan seperi pepaya, melon, semangka dan lainnya. Seminar dan workshop-nya pun mulai banyak diselenggarakan oleh komunitas, baik dengan metode konvensional tanam dengan media tanah ataupun hidroponik (tanam dengan media air).
Nah coba pikir deh... jika setiap rumah tangga.... atau tiap satu pintu rumah/apartment/kamar kos diwajibkan pemerintah.... (enaknya sih dengan kesadaran sendiri ya.... ) menanam sedikitnya satu pot tananam sayur/buah. Paling tidak saat panen kecil (ya iyalah wong cuma 1 pot... kalo seladang/kebun baru lah panen besar... hehehe) bisa dikonsumsi sendiri, sedikit mengurangi biaya hidup bulanan, Contoh... jika 1 rumah tangga tanam 1 pot cabe rawit/merah, nah jika sudah berbuah dan panen kecil, maka tidak perlu lagi beli cabe untuk kebutuhan di dapur. 1 kali panen kecil, misal 1/2 kilo,,,, berapa tuh harga cabe 1/5 kilo? misal 10 ribu. Kan artinya ngirit uang 10 ribu. Hari gini... uang 10 ribu berarti banget kan... apalagi kalo udah akhir bulan. Nah itu baru contoh kecilnya. Kalo nanamnya banyak kan bisa ngirit lebih banyak lagi. Kalo tetangganya menanam tanaman yang berbeda.... misalnya bawang dan tomat... nah saat panen kan bisa saling tukar ya.... jadi sistem barter seperti jaman dahulu kala hihihihi. Selain jadi irit .... juga lebih sehat untuk tubuh kita kan...
Bahkan jika wajib 'home gardening' ini juga diterapkan oleh para pengusaha katering dan warung/rumah makan.... otomatis biaya produksi lebih kecil, sehingga harga jual ke konsumen juga lebih murah kan. Sudahlah murah... sehat pula. Apalagi saat ini mulai banyak katering-ketering yang menitik beratkan pada menu sehat dan menu penurunan berat badan atau pula menu khusus untuk penderita penyakit tertentu, yang harganya sumpah mahal banget.... 1 porsi sekitar 70-90 ribuan. Nah jika mereka menerapkan tabulampot ini.... kan lumayan bisa ngurangi biaya produksi ya....
Jika kesadaran untuk melakukan 'home gardening' diterapkan oleh.... paling tidak masyarakat Jakarta aja dulu deh.... yang katanya susah lahan itu.... percaya deh... 3-5 tahun ke depannya Jakarta kota tercinta ini jadi lebih ramah. Sedikit polusi dari sarana transportasi yang mengangkut bahan pokok makanan, serta lebih hijau pastinya, sehingga jika pas lagi musim kemarau ya gak separah seperti sekarang ini panasnya. Selain itu pula... udah gak ada cerita lagi nih,,,, para ibu-ibu pada teriak-teriak harga cabe mahal pas jelang bulan puasa dan lebaran. Pikiran tenang.... hati lebih senang, jadi lebih sabar dan banyak senyum kan.... hehehehe. Nah program seperti ini jika berhasil diterapkan....justru membantu program pemerintah dalam mengupayakan swasembada pangan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan warga Jakarta pada khususnya. Ayo coba pamerkan panen tabulampot-nya.... :D
#Healthy life, eat, mind, body and soul